Senin, 27 April 2015

0

COCOMO

1. Sejarah COCOMO

Cocomo (Constructive Cost Model) yang dikembangkan oleh W. Barry Boehm pada tahun 1981, yang merupakan kombinasi dari estimasi parameter persamaan dan metode pembobotan. Berdasarkan perkiraan instruksi (Instruksi Sumber Terkirim DSI), usaha dihitung dengan memperhatikan usaha baik kualitas dan produktivitas faktor. Pada tahun 1990, muncul suatu model estimasi baru yang disebut dengan COCOMO II. Secara umum referensi COCOMO sebelum 1995 merujuk pada original COCOMO model yaitu COCOMO 81, kemudian setelah itu merujuk pada COCOMO II.

Pada tahun 1997 COCOMO II telah dikembangkan dan akhirnya diterbitkan pada tahun 2000 dalam buku Estimasi Biaya COCOMO II Software dengan COCOMO II. adalah penerus dari COCOMO 81 dan lebih cocok untuk mengestimasi proyek pengembangan perangkat lunak modern. Hal ini memberikan lebih banyak dukungan untuk proses pengembangan perangkat lunak modern, dan basis data proyek diperbarui. Kebutuhan model baru datang sebagai perangkat lunak teknologi pengembangan pindah dari batch processing mainframe dan malam untuk pengembangan desktop, usabilitas kode dan penggunaan komponen software off-the-rak. Artikel ini merujuk pada COCOMO 81.

2. Pengertian COCOMO

COCOMO adalah sebuah model yang dikembangkan untuk memperoleh perkiraan dari jumlah orang-buan yang diperlukan untuk mengembangkan suatu produk perangkat lunak. Satu hasil observasi yang paling penting dalam model ini adalah bahwa motivasi dari tiap orang yang terlibat ditempatkan sebaai titik berat. Hal ini menunjukkan bahwa kepemimpinan dan kerja sama tim merupakan sesuatu yang penting, namun demikian poin pada bagian ini sering diabaikan.

Tidak seperti model estimasi biaya yang lain, COCOMO adalah model terbuka, sehingga semua detail dipublikasikan, termasuk :

  • Dasar persamaan perkiraan biaya
  • Setiap asumsi yang dibuat dalam model
  • Setiap definisi
  • Biaya yang disertakan dalam perkiraan dinyatakan secara eksplisit

Jenis-jenis COCOMO :


1. Basic (COCOMO I 1981)
Menghitung dari estimasi jumlah FP dan LOC;
FP = suatu unit pengukuran untuk keterhubungan dan keterkaitan antar prosedur, fungsi dan lingkungan SW.

2. Intermediate (COCOMO II 1999)
Menghitung dari besarnya program dan “cost drivers” (faktor-faktor yang berpengaruh langsung kepada proyek), spt: hardware, personnel, dan atribut-atribut proyek.

3. Advanced
Memperhitungkan semua karakteristik dari “intermediate”  di atas dan “cost drivers” dari setiap fase (analisis, design, implementation, etc) dlm SW life cycles.

sumber :http://www.scribd.com/doc/49646935/COCOMO

0

Kriteria Manager Proyek

Skill yang dibutuhkan manager proyek:
Shtub (1994) menggambarkan diagram kemampuan yang penting untuk dimiliki oleh seorang manajer proyek. Diantaranya adalah:

  • Problem Solving, kemampuan manajer dalam menyelesaikan masalah secara efektif dan efisien.
  • Budgeting and Cost Skills, Kemampuan dalam hal membuat anggaran biaya proyek, analisis kelayakan investasi agar keuangan proyek dapat berjalan optimal sesuai dengan keinginan penyedia dana.
  • Schedulling and Time Management Skills, kemampuan untuk menjadwalkan proyek. Disini manajer proyek dituntut untuk dapat mengelola waktu secara baik agar proyek dapat selesai tepat waktu seperti yang diharapkan. Untuk mengelola waktu ini manajer proyek harus mendefinisikan aktivitas-aktivitas yang diperlukan, misalnya dengan teknik WBS atau Work Breakdown Structure. Selain itu manajer proyek harus mampu memperkirakan waktu bagi setiap aktivitas secara realistis. Hal ini memerlukan kordinasi dengan tim proyek untuk menentukan estimasi berapa alam aktivitas tersebut dilakukan. Kemudian, manajer proyek harus mengatur waktu peringatan untuk mengindikasikan tanggal-tanggal kritis selama proyek berlangsung.
  • Technical Skills, Kemampuan teknis melingkupi pengetahuan dan pengalaman dalam hal proyek itu sendiri, dengan mengetahui prosedur-prosedur dan mekanisme proyek. Kemampuan teknis biasanya di dapat dari penimbaan ilmu khusus di bangku formal, misalnya Institut Manajemen Proyek, dan sebagainya.
  • Leadership Skills, Kepemimpinan menjadi salah satu peranan penting yang dimiliki oleh seorang manajer proyek. Apa yang dilakukan oleh manajer proyek menendakan bagaimana seharusnya orang lain atau timnya bekerja. Dengan ini manajer proyek dapat mempengaruhi bagaimana orang lain dapat bertindak dan bereaksi terhadap isu-isu proyek.
  • Resource Management and Human Relationship Skills, Pemakaian sumber daya adalah masalah utama bagi para manajer proyek. Manajer proyek perlu memahami akibat dari kegagalan dalam mengelola sumber daya, oleh karena itu perlu kehati-hatian dalam menempatkan sumberdaya yang ada dan menjadwalkannya. Hal ini membutuhkan kemampuan untuk membangun jaringan social dengan orang-orang yang terlibat di dalam proyek, seperti para stakeholder. Seorang manajer proyek yang efektif harus mampu untuk menempatkan diri dalam memberikan keterbukaan dan persahabatan dengan pihak lain, salah satunya dengan menjadi pendengar yang baik.
  • Communication Skills, Perencanaan sebuah proyek akan menjadi tidak berguna ketika tidak ada komunikasi yang efektif antara manajer proyek dengan timnya. Setiap anggota tim harus mengetahui tanggung jawab mereka. Kadang, jadwal perencanaan yang sudah dibuat secara sempurna oleh manajer proyek tidak dijalankan oleh timnya, tim lebih memilih bekerja dengan aturan mereka sendiri. Hal ini dikarenakan sang manajer tidak memberikan penjelasan atau mempresentasikan prosedur yang diinginkan dalam menjalankan proyek.
  • Negotiating Skills, Untuk memperoleh simpati dan dukungan dari manajemen atas, kemampuan negosiasi dititik beratkan disini. Tapi, manajer proyek harus memahami kepentingan manajemen atas sehingga dengan pemahaman ini manajer proyek dapat melakukan bargaining dengan pemikiran yang tenang dan jernih untuk memperoleh apa yang diinginkan. Selain kemampuan komunikasi yang baik, negosiasi juga memerlukan strategi dalam menarik dukungan manajemen atas atau sponsor mereka, bagaimanapun, pihak yang bernegosiasi harus dapat melihat loyalitas sang manajer terhadap mereka, baru kemudian akan muncul kepercayaan.
  • Marketing, Contracting, Customer Relationship Skills, Kemampuan menjual tidak hanya dimiliki oleh marketer saja, akan tetapi manajer proyek harus memiliki kemampuan untuk memasarkan hasil proyeknya, karena akan sangat tragis ketika sebuah proyek yang sukses secara implementatif, tetapi outputnya tidak dibutuhkan oleh para penggunanya. Bagaimanapun apa yang akan dikatakan sang manajer proyek kepada pelanggannya akan lebih berpengaruh daripada yang mengatakan hanya bagian marketing. Selain itu, kedekatan dengan konsumen sangat diperlukan. Sang manajer perlu responsive terhadap perubahan kebutuhan dan persyaratan pelanggan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sekali lagi, kemampuan komunikasi sangat berperan penting disini. Dalam konsep TQM, kunci utama untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan adalah komunikasi secara terus-menerus antar pelanggan maupun antar tim proyek (Tjiptono&Diana, 2003).

sumber: https://nayay.wordpress.com/2010/03/08/manager-proyek/
0

Software Open Source

Open Source adalah istilah yang digunakan pada sebuah software atau perangkat lunak yang bisa digunakan oleh siapa saja dengan membuka atau membebaskan source codenya (sumber kode program) sehingga dapat mengetahui dengan jelas cara kerja software tersebut, selain itu siapa saja dibebaskan untuk mengubah ataupun memperbaiki jika ditemukan kelemahan-kelemahan pada software tersebut.

Keberadaan software open source sangat bergantung pada internet, dengan begitu siapa dapat dengan mudah mendapatkan software open source untuk lalu digunakan, diperbaiki dan dikembangkan dan disebarluaskan kembali melalui internet, begitulah seterusnya. Pada mulanya kualitas software open source dinilai kurang baik dan terkesan asal-asalan, namun berkat banyaknya peminat software open source serta ditunjang dengan kemudahan untuk mendapatkannya maka software open source berkembang pesat menjadi lebih baik. Bahkan banyak sekali software open source saat ini yang penggunanya lebih banyak dibanding software berbayar. Sebagai contoh Apache+PHP+MySQL untuk aplikasi web server, WordPress untuk Content Management System dan masih ada lagi yang lainnya.

Perlu digarisbawahi open source yang bersifat bebas bukan berarti bebas sebebas-bebasnya, akan tetapi bebas disini adalah bebas untuk digunakan, dikembangkan, disebarkan ulang dengan mempertanggungjawabkan secara bersama dan tidak menghilangkan hak cipta pembuatnya. Inilah yang menjadi alasan software open source yang tersebar saat ini menjadi lebih berkualitas.

Kelebihan Software Open Source

  • Software Open Source biasanya dikembangkan oleh suatu lembaga atau komunitas yang ahli dibidangnya secara bersama-sama sehingga masalah yang ditemukan bisa dengan cepat diatasi.
  • Fitur yang banyak dan kompleks begitupula dengan kemampuannya.
  • Software Open Source berlisensi GPL (General Public Licence) sehingga pengguna tidak dikenakan biaya untuk software tersebut.


Kekurangan Software Open Source

  • User interface yang cenderung rumit bagi user awam
  • Tidak bisa dipungkiri masih ada beberapa software open source yang tidak bisa menggantikan kinerja software berbayar.
  • User awam sering menemui kesulitan dalam instalasi dan penggunaan software open source.

sumber : http://www.mandalamaya.com/pengertian-open-source/

Kamis, 09 April 2015

0

Jurnal Minggu 1

Sistem Antrian Dengan Metode FCFS (First Come First Serve) Di Bank DKI Gunadarma Depok
Penulis 1 : Ashari Bayhaki 11111250 4KA10
Penulis 2 : Aris Riswara 11111177 4KA10
Penulis 3 : Heri Ardiawan 13111329 4KA10

1. Abstraksi.
Bank adalah tempat menghimpun dana yang merupakan bagian dari gaya hidup modern di masa kini. Dalam memuaskan para nasabahnya bank telah melakukan banyak sekali perubahan  untuk meningkatkan pelayanannya. Di beberapa bank terutama bank DKI Gunadarma Depok masih terlihat penggunaan sistem antrian yang  konvensional yaitu, para nasabah mengantri dengan kondisi sambil berdiri ketika akan melakukan suatu transaksi. Hal ini sangat kurang efektif dan akan berdampak lemahnya minat nasabah dikemudian hari. Karena budaya mengantri dimasyarakat kita ingin dilayani terlebih dahulu dan tidak mau menunggu lama.
Untuk itu di era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini, diperlukan suatu sistem pelayanan antrian bank yang sudah terkomputerisasi. Bentuk program antrian bank tersebut dibutuhkan untuk membantu dalam proses pelayanan antrian bank. Dengan menerapkan program antrian tersebut dimaksudkan agar petugas yang melayani dan nasabah yang mengantri dapat meningkatkan efektifitas kinerja dan efesiensi waktu pelayanan sehingga sistem pelayanan antrian bank bisa berjalan teratur dan lancar sesuai dengan yang diharapkan.

2. Pendahuluan.
2.1 Latar Belakang Masalah.
Bank adalah bagian dari gaya hidup modern di masa kini. Dalam memuaskan para nasabahnya bank telah melakukan banyak sekali perubahan  untuk meningkatkan pelayanannya. Terutama dalam hal antrian karena budaya mengantri yang terjadi di masyarakat kita tampaknya masih belum terbiasa karena masyarakat kita selalu ingin dilayani terlebih dahulu dan tidak mau menunggu.
Di beberapa bank terutama bank DKI masih terlihat penggunaan sistem antrian yang  konvensional yaitu masih terlihatnya para nasabah mengantri dengan berdiri panjang sambil menunggu giliran dalam bertransaksi baik itu menabung maupun mengambil tabungan. Hal ini tentu saja sangat merepotkan terutama jika yang melakukan antrian adalah orang tua dan lanjut usia. Sistem yang masih konvensional ini membuat para nasabah tidak terlayani dengan maksimal apalagi jika antriannya sangat panjang, disamping itu suasana dan situasi menjadi tidak nyaman bagi nasabah maupun karyawannya.
Antrian yang konvensional yang masih di gunakan oleh bank DKI tentu sangat kurang efektif karena para nasabah yang mengantri panjang tentu akan jenuh berdiri lama, di situlah terjadinya situasi yang kurang nyaman. Mulai dari keluhan-keluhan nasabah, perbincangan antar nasabah, dan lain sebagainya. Sehingga tingkat ketidaknyamanan nasabah di bank DKI semakin tinggi, dan waktu yang digunakan oleh nasabah DKI ketika mengantri pun menjadi tidak efektif, serta kinerja para pegawai menjadi tidak optimal karena mereka terlanjur mengalami kejenuhan dari antrian yang tidak teratur dan tidak lancar.
Berawal dari uraian permasalahan di atas maka menarik untuk dibuatnya suatu sistem pelayanan antrian bank dengan pendekatan berorientasi objek yang diimplementasikan dalam bentuk perangkat lunak antrian bank yang sudah terkomputerisasi. Pembuatan suatu aplikasi program dimaksudkan agar petugas yang melayani dan nasabah yang mengantri dapat meningkatkan efektifitas kinerja dan efisiensi waktu pelayanan sehingga sistem pelayanan antrian bank bisa berjalan teratur dan lancar sesuai yang diharapkan, maka pada laporan tugas akhir ini mengambil judul Sistem Antrian Dengan Metode FCFS (First Come First Serve) di Bank DKI Gunadarma Depok.

2.2 Batasan Masalah.
Untuk memberikan arah dan memperjelas tujuan yang akan dicapai penulis membatasi masalahnya sebagai berikut :
1.    Metode yang akan dipakai menggunakan metode First Come First Serve (FCFS).
2.    Maksimal jumlah antrian sebanyak 999 orang.

2.3 Tujuan.
Tujuan dengan terciptanya sebuah program simulasi antrian ini adalah :
1.    Untuk melayani serta mempermudah para nasabah dalam bertransaksi.
2.    Untuk meningkatkan efektifitas kinerja serta efisiensi waktu pelayanan.


3. Landasan Teori.
3.1 Bank.
Secara umum pengertian bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan yang umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote. Asal dari kata bank adalah dari bahasa Italia yaitu banca yang berarti tempat penukaran uang. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan / atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.Bank termasuk perusahaan industri jasa, karena hanya memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat

3.2 Bank DKI.
Bank Pembangunan Daerah Khusus Ibukota Jakarta atau Bank DKI adalah sebuah bank di Indonesia. Bank ini didirikan pada 30 April 1961 dan berkantor pusat di Jakarta Pusat.
Bank DKI didirikan dengan maksud dan tujuan untuk membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan Daerah di segala bidang serta salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Pada saat pendirian, pemegang saham adalah Pemerintah Daerah DKI Jakarta sebanyak 200 lembar saham dan 50 lembar saham dimiliki oleh PT. Asuransi Jiwa Bumi Poetra 1912, dengan jumlah modal disetor sebesar Rp 2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah).
Pada tanggal 30 November 1992, Bank DKI resmi menjadi Bank Devisa. Pada tahun 1999, Bank DKI berubah bentuk badan hukum dari Perusahaan Daerah menjadi Perseroan Terbatas.

3.3 Anrtian.
Menurut Siagian (1987), ada 5 bentuk disiplin pelayanan yang biasa digunakan, yaitu:
1.    First Come First Served (FCFS) atau First In First Out (FIFO) artinya, lebih dulu datang (sampai), lebih dulu dilayani (keluar). Misalnya, antrian pada loket pembelian tiket bioskop.
2.   Last Come First Served (LCFS) atau Last In First Out (LIFO) artinya, yang tiba terakhir yang lebih dulu keluar. Misalnya, sistem antrian dalam elevator untuk lantai yang sama.
3.  Service In Random Order (SIRO) artinya, panggilan didasarkan pada peluang secara random, tidak soal siapa yang lebih dulu tiba.
4.  Priority Service (PS) artinya, prioritas pelayanan diberikan kepada pelanggan yang mempunyai prioritas lebih tinggi dibandingkan dengan pelanggan yang mempunyai prioritas lebih rendah, meskipun yang terakhir ini kemungkinan sudah lebih dahulu tiba dalam garis tunggu. Kejadian seperti ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal, misalnya seseorang yang dalam keadaan penyakit lebih berat dibanding dengan orang lain dalam suatu tempat praktek dokter.

4. Pembahasan.
4.1 Analisa Sistem.
4.1.1 Sistem Yang Sedang Berjalan.
Dalam menganalisis sistem yang sedang berjalan dengan metode pendekatan berorientasi objek yaitu melibatkan sebuah aktor, use case, serta event-event atau kejadian yang diakibatkan atau ditimbulkan oleh aktor.

4.1.2 Analisis Aktor Yang Terlibat Dalam Sistem.
Aktor merupakan sebuah peran yang dimainkan seorang pengguna dalam kaitannya dengan sistem, aktor-aktor tersebut biasanya berkaitan atau berhubungan dengan sebuah use case. Seorang aktor dapat menggunakan banyak use case, sebaliknya sebuah use case juga dapat digunakan oleh beberapa aktor. Aktor yang terlibat dalam sistem antrian yang terdapat dalam bank DKI Gunadarma Depok antara lain yaitu :
1.    Nasabah
2.   Petugas teller, dan satu aktor lain yang berkomunikasi dengan sistem atau sering disebut sebagai aktor sekunder yaitu petugas keamanan (satpam).



4.1.3 Analisis Uses Case Dalam Sistem Yang Sedang Berjalan.
Tujuan dilakukannya analisis use case adalah untuk mengetahui lebih jelas bagaimana skenario sistem antrian yang sedang berjalan dan masalah yang dihadapi mengenai kelebihan dan kekurangan sistem tersebut dapat diidentifikasi, sehingga dalam membangun perangkat lunak menjadi lebih mudah. Dari analisis sistem yang lama akan diketemukan data dan fakta yang akan dijadikan bahan uji dan analisa menuju pengembangan dan penerapan sebuah aplikasi sistem yang diusulkan.
Skenario antrian yang masih konvensional tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
1.  Nasabah yang hendak melakukan transaksi menuju ke loket setempat, jika nasabah datang pertama maka langsung di layani oleh petugas teller tersebut.
2. Nasabah yang datang berikutnya terpaksa mengantri menuju antrian yang paling sedikit dalam kondisi berdiri berdasarkan kedatangannya secara berurutan.
3. Menunggu giliran untuk tibanya transaksi dilayani oleh petugas teller atau petugas loket setempat.
4.    Tibanya giliran bertransaksi.
5.    Petugas teller melayani transaksi nasabah
6.    Transaksi selesai.
7.    Petugas teller mengakhiri pelayanannya.
8.    Nasabah meninggalkan posisi antrian.
9.   Nasabah yang berada pada posisi antrian belakang maju menempati posisi antrian yang didepan.
10. Proses antrian akan berulang jika nasabah yang berada pada posisi antrian depan telah selesai melakukan transaksi dan keluar dari posisi antrian.

4.1.4 Mengidentifikasi Aktor dan Use Case Dalam Sistem Yang Sedang Berjalan.
Setelah mengenali aktor-aktor yang terlibat yaitu dua aktor utama dan satu aktor sekunder serta use case atau skenario dari sistem yang sedang berjalan sudah diketahui, maka langkah selanjutnya penulis akan melakukan pemodelan dengan menggambarkan diagram use case atau use case diagram

Skenario di bawah memperlihatkan interaksi antara use case dengan aktor.
1.  Nama use case : Antrian. Nasabah mengantri untuk dilayaninya transaksi oleh petugas kasir atau petugas teller, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
-          Nasabah menuju antrian.
-          Berdiri berdasarkan kedatangan.
-          Menunggu tibanya transaksi dilayani.
-        Posisi antrian berpindah kedepan setelah antrian pertama selesai bertransaksi dan keluar dari posisi antrian.
2. Nama use case : Transaksi Dimulai. Petugas teller melayani para nasabah yang akan melakukan transaksi, trnsaksi akan berakhir jika jumlah antrian telah habis atau tidak ada lagi nasabah yang mengantri.
3. Nama use case : Pengaturan Antrian. satpam selaku petugas keamanan biasanya mengatur jalannya antrian, transaksi dumulai sampai transaksi selesai seperti mengatur barisan antrian, menertibkan nasabah yang ingin mendahului antrian, dan lain sebagainya. Hal ini semata-mata supaya antrian bisa berjalan dengan tertib dan teratur.
4.  Nama use case : Transaksi Selesai. Transaksi nasabah telah selesai dilakukan dan keluar dari posisi antrian.

Gambar 4.1
             
4.1.5 Analisa Kebutuhan Sistem.
Diharapkan sistem yang akan dirancang dapat mengatasi permasalahan yang ada. Berikut ini akan diurakan hal-hal yang diinginkan antara lain :
1.  Sistem yang baru diharapkan dapat memberikan pelayanan yang lebih baik lagi terhadap para nasabah pada khususnya, terutama dalam antrian. Nasabah menginginkan ketika mengantri tidak harus berdiri, dikarenakan nasabah merasa capek dan malas untuk bertransaksi selanjutnya.
2.  Dengan sistem yang baru diharapkan dalam bertransaksi bisa dilakukan dengan tertib dan teratur, supaya nasabah merasa nyaman ketika bertransaksi jangan sampai membuat suasana dan situasi menjadi tidak tenang.
3.  Diharapkan dengan sistem yang baru bisa membuat citra yang baik bagi pihak bank DKI khususnya dan membuat tingkat loyalitas nasabahnya semakin tinggi.

4.2 Perancangan Sistem
4.2.1 Perancangan Model Perangkat Lunak.
Dalam penggambaran perancangan sistem menggunakan pendekatan berorientasi objek antara lain yaitu perancangan use case diagram baru, perancangan diagram state baru, serta diagram aktivitas yang dilakukan.
4.2.1 Perancangan Use Case Diagram Yang Diusulkan.
Dalam perancangan use case diagram bertujuan untuk menspesifikasikan sistem dari aksi-aksi yang diharapkan oleh calon pengguna sistem yang akan diusulkan.
  1. Nama use case : Pengambilan Slip Nomor Antrian. Nasabah sebelum melakukan transaksi dihadapkan terlebih dahulu untuk mengambil karcis antrian, langkah-langkahnya adalah :
    1. Nasabah menuju tempat pengambilan karcis nomor antrian yang sudah disiapkan
    2. Menekan tombol pengambilan karcis nomor antrian
    3. Karcis nomor antrian keluar
    4. Karcis nomor antrian disimpan
  2. Nama use case : Menunggu. Nasabah mengantri tetapi dalam kondisi bisa relaksi sedikit karena untuk mengantri tidak lagi dengan berdiri tetapi bisa sambil duduk di kursi yang sudah disiapkan di ruang tunggu antrian. Adapun yang perlu diperhatikan ketika mengantri adalah :
    1. Menunggu pemanggilan nomor antrian dan suara panggilan no antrian yang ditampilkan pada layar monitor serta speaker.
    2.  Nasabah yang yang merasa nomor antriannya di panggil segera menuju ke petugas teller yang di sebutkan.
  3. Nama use case : Panggilan Nasabah.  Untuk dimulainya suatu transaksi petugas teller menekan tombol pemanggilan nasabah yang sudah disiapkan di tempat kerja teller, adapaun langkah-langkahnya adalah :
    1. Petugas teller yang sudah siap melayani nasabah yang akan bertransaksi, diharuskan menekan tombol tombol pemanggilan nomor antrian nasabah yang sudah disiapkan.
    2. Proses kondisi pemanggilan nomor antrian nasabah jika petugas teller sudah selesai melayani transaksi nasabah dan adanya suatu nasabah yang akan melakukan transaksi.
  4. Nama use case : Transaksi Dimulai. Pada mulainya suatu transaksi yaitu ketika petugas teller telah menekan tombol pemanggilan nomor antrian nasabah dan  nasabah mengunjungi serta petugas teller telah siap melayani transaksi.
  5. Nama use case : Transaksi Selesai. Transaksi nasabah telah selesai jika transaksi nasabah sudah selesai dilayani oleh petugas teller setempat dan petugas teller mengakhiri pelayanannya.
  6. Nama use case : Sistem Kontrol. Pada pengontrolan sistem dilakukan oleh seorang admistrator yang tugasnya antara lain :
    1. Menghidupkan dan mematikan komputer
    2. Menyetel ulang nomor antrian dari awal, jika nomor antrian sudah melebihi batasan yang ditentukan
    3. Menampilkan informasi rata-rata waktu pelayanan dan waktu tunggu nasabah.

Setelah merancang semua use case, maka dapat digambarkan dengan use case diagram.

Gambar 4.2
4.2.3 Perancangan Diagram State Yang Diusulkan.
Perancangan diagram state sistem antrian yang diusulkan menspesifikasikan urutan-urutan state yang diakibatkan oleh urutan event-event. Jika lebih dari satu transisi meninggalkan state maka event pertamalah yang dikatakan sebagai event pemicu. Diagram sistem yang diusulkan tampak terlihat pada Gambar 4.2.

4.2.4 Diagram Aktivitas Yang Dilakukan.
Pada aktivitas dalam sistem antrian merupakan kegiatan seorang aktor terhadap sistem. Aktivitas dalam sistem antrian dibagi menjadi antara lain : pengambilan slip antrian, pemanggilan nomor antrian nasabah oleh petugas teller, dan tugas dari seorang administrator yaitu melakukan pengontrolan sistem.

4.2.5 Pengambilan Slip Nomor Antrian.
Untuk memulai suatu transaksi nasabah diwajibkan mengambil slip nomor antrian, tinggal menekan tombol maka di proses oleh program sistem antrian jika berhasil maka slip akan keluar lewat printer jika gagal maka slip nomor antrian tidak tercetak dan suara error.
Gambar 4.3
4.2.6 Pemanggilan Nomor Antrian
Pada proses pemanggilan nomor antrian oleh petugas teller dilakukan jika, ada nasabah yang masuk dan nomor antrian tidak kurang dari batas yang ditentukan maka proses pemanggilan berhasil tetapi jika tidak maka gagal.
Gambar 4.4
4.2.7 Kontrol Sistem.
Pada pengontrolan sistem dilakukan oleh seorang administrator yang tugasnya antara lain : menghidupkan dan mematikan komputer, menyetel ulang nomor antrian kembali ke awal lagi, dan menampilkan informasi rata-rata waktu pelayanan dan waktu tunggu nasabah.
Gambar 4.5
4.2.8 Perancangan Keluaran Slip Nomor Antrian
Pada perancangan keluaran yaitu pencetakan slip nomor antrian, yang digunakan oleh nasabah dirancang sederhana karena hanya sebagai informasi tanda bukti sebagai nomor urut nasabah ketika akan melakukan suatu transaksi.


5. Implementasi.
5.1 Implementasi Perangkat keras.
Untuk mendukung terlaksananya sistem rancangan maka dibutuhkan perangkat keras yang spesifikasinya yaitu :
a.       Prosessor minimal pentium III atau lebih
b.      RAM minimal 128 MB atau lebih
c.       Monitor SVGA minimal 15” atau lebih
d.      Hardisk minimal 5 GB atau lebih
e.       Speaker aktif
f.       Perangkat tambahan yaitu tombol shortcut yang dihubungkan ke keyboard.
g.      Printer

5.2 Implementasi Perangkat Lunak.
Selain hardware software juga dibutuhkan dalam pengolahan data adapun spesifikasi software tersebut adalah :
a. Sistem Operasi                        : Microsoft Windows XP
b. Bahasa Pemrograman            : Borland Delphi Versi 6.0


6. Kesimpulan.
1. Dengan adanya sistem antrian yang sudah terkomputerisasi bisa membantu dalam kelancaran proses pelayanan antrian bank dan kedisiplinan mengantri nasabah.
2. Kebutuhan pada sistem antrian yang tadinya masih manual bisa dibantu dengan menggunakan PC sebagai perangkat bantu dalam sistem antrian, agar petugas yang melayani dan nasabah yang mengantri dapat meningkatkan efektifitas kinerja dan efisiensi waktu pelayanan sehingga bisa lebih meningkatkan kepuasan nasabah, dan memperkecil skala ketidaknyamanan nasabah ketika mengantri secara manual.


7. Daftar Pustaka.
1.    M. Agus J. Alam, 2000. Pemrograman Borland Delphi 6.0 Edisi 4. Penerbit Andi Yogyakarta.
2.    Roger S.Pressman, Ph.D, 2002. Rekayasa Perangkat Lunak (Buku Satu). Edisi bahasa Indonesia. Penerbit Andi Yogyakarta.

Jumat, 03 April 2015

0

Profesionalisme

Profesionalisme

Profesionalisme adalah sebuah kata serapan asing dalam Bahasa Indonesia. Profesionalisme merupakan sebuah kata sifat yang memiliki arti kemampuan atau keterampilan. Profesionalisme merupakan suatu ciri dari sikap orang yang profesianal. Dengan keterampilan itu biasanya para profesional mendapatkan bayaran sesuai dengan kemampuannya.

Ciri Profesionalisme

  1. Memiliki kemampuan pada suatu bidang serta kemahiran dalam penoprasian alat yang diperlukan dalam menjalankan tugas yang diberikan.
  2. Memiliki pengalaman serta kecermatan dalam menganalisa sebuah pekerjaan dan sensitif dalam membaca situasi secara cepat dan tepat serta cermat dalam membuat sebuah keputusan terbaik atas pekerjaan tersebut.
  3. Memiliki pemikiran yang selalu kedepan sehingga mampu berkompetisi dengan lingkungan sekitar.
  4. Memiliki kepercayaan akan kemampuan pribadi dan keterbukaan akan masukan dari orang lain, namun dapat memilih sesuatu yang terbaik bagi perkembangan dirinya.
Kode Etik Profesi

Kode etik profesi adalah sebuah aturan atau sebuah pemahaman tata cara dalam melakukan sebuah pekerjaan bahkan bersikap atau berperilaku. Kode etik profesi adalah norma yang harus ditaati setiap pelaku profesi dalam pelaksanaan tugasnya serta mempengaruhi kehidupannya dalam masyarakat luas. Kode etik berisikan petunjuk tentang sebuah profesi serta bagaimana seharusnya sebuah profesi dijalankan. Kode etik profesi pun mengatur tingkah laku para anggotanya dalam pergaulan sehari-hari. Kode etik juga merupakan sarana kontrol sosial bagi anggotanya.
0

Etika

Etika 

Pada Awalnya Etika berasal dari bahasa negeri para dewa yaitu Yunani, "Ethos" yang memiliki arti watak kesusilaan atau adat kebiasaan. Etika biasanya memiliki hubungan dengan cara hidup seseorang. Etika membantu hidup seseorang mengambil sikap serta bertundak secara tepat dalam menjalani kehidupan. Eika membantu hidup seseorang dalam mengambil keputusan tetang sikap apa yang perlu kita lakukan dalam segala aspek sisi kehidupan kita.


Profesi

Profesi adalah sebuah kata serapan yang berasal dari bahasa Inggis yaitu " Profess" yang memiliki arti janji atau kewajiban. Janji yang dimaksud adalah janji untuk menuntaskan kewajiban yang telah diberikan untuk melakukan suatu tugas secara terus menerus.

Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan keterampilan pada suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, dan proses sertifikasi yang khusus mengenai pengetahuan khusus tersebut. 
contoh profesi adalah guru, dokter, desainer dll.